Mei Misaki & Rikka Takanashi: Dua Karakter Moe “Bermata Satu” Yang Paling Dicintai Wibu

Tolong klik ikuti dulu sebelum membaca, karena dengan mengikuti, kalian bisa terus melihat artikel dari Coretanime serta mendukung Coretanime dalam membuat artikel yang berkualitas^^


Referensi pihak ketiga
Mei Misaki dan Rikka Takanashi bukanlah nama yang asing bagi pencinta anime. Khususnya bagi mereka yang gandrung dengan anime yang mengandalkan sosok cewek kawaii sebagai lead character-nya. Mei adalah bintang utama dalam serial Another. Sementara itu, Rikka adalah tokoh utama dalam anime berjudul Chuunibyou demo Koi ga Shitai! alias Love, Chunibyo & Other Delusions.
Dua karakter ini punya kemiripan fisik yang kasatmata. Mei dan Rikka sama-sama tipikal karakter moe dengan rambut pendek serta berpostur tubuh ramping. Persamaan paling mencolok, tentu saja eye patch atau perban/kain penutup mata yang mereka kenakan. Mei menutup mata kirinya, sedangkan Rikka menggunakannya di mata sebelah kanan. Dengan kemiripan tersebut, tentu keduanya punya kepribadian dan latar belakang yang unik masing-masing.
Latar Belakang

Referensi pihak ketiga
Mei dan Misaki sejatinya adalah nama dari dua anak yang berbeda. Keduanya kembar yang terlahir dari seorang wanita bernama Mitsuyo. Tak berselang lama setelah menghirup udara dunia untuk pertama kali, akibat problem finansial, dia terpaksa dialihasuhkan kepada saudara ibunya, Kirika, yang di saat bersamaan telah mengalami keguguran.
Pada satu titi mangsa saat mulai masuk sekolah, barulah Mei mengetahui bahwa Misaki adalah saudarinya. Dia lantas mempertanyakan hal ini pada Kirika yang selama ini udah dia anggap ibu kandungnya. Kirika pun mengungkapkan bahwa Mei enggak diperkenankan menemui Misaki. Meski demikian, pada akhirnya dia tetap rutin diam-diam bertemu hingga ajal menjemput saudari kembarnya itu.

Referensi pihak ketiga
Di sisi lain, Rikka Takanashi tinggal bersama seorang kakak perempuan serta dua orangtuanya. Kehidupannya relatif tenang dan segalanya berjalan normal hingga saat ayahnya wafat. Semenjak itu, Rikka mengungsi ke rumah kakeknya lantaran masih enggak bisa menerima kenyataan kepergian sang ayah.
Di tempat barunya ini, kehidupan Rikka enggak serta merta berangsur membaik. Kakeknya adalah orang yang konservatif dan berjiwa kaku. Alhasil, dia sulit menerima dan berkompromi dengan kelakuan absurd Rikka yang akan di bahas pada poin berikutnya. Karena enggak kuat di kerasin.. eaa maksudnya di didik secara keras, Rikka pun pindah ke apartemen kakaknya, Toka.
Penampilan

Referensi pihak ketiga
Profil penampilan Rikka, ya, stereotipe karakter moe pada umumnya. Berambut pendek hitam kebiru-biruan dengan mata berwarna dasar biru sian (Baca: Kalo kalian gatau biru sian, cek mata Rikka atu cari di gugel). Tubuhnya ramping dengan tinggi badan 1,5 meter (Berdasarkan wiki). Pada mata bagian kanan, Rikka memakai lensa kontak berwarna kuning. Dan juga salah satu item paling unik yang Rikka kenakan sehari-hari adalah sepasang sepatu beroda di belakangnya. Item ini punya peran penting dalam memuluskan manuver Rikka kala menyerang “musuh-musuhnya”.
Selain sepatu semi-roller blade, satu item lain yang selalu dia bawa adalah sebuah payung yang dia namakan Schwarz Sechs Protype Mk II. Benda ini, ketika dipakai dalam dimensi delusional Rikka, dapat bertransformasi menjadi sebuah senjata sakti raksasa nan mematikan. Senjata ini dapat melancarkan jurus-jurus spesial, mulai dari Schwarz Schild, Gungnir, hingga Dark Matter Blaze. Satu-satunya pusaka yang dapat menandingi keperkasaan Schwarz Protoype MK II adalah setangkai centong sayur milik Toka Takanashi, kakak sekaligus nemesis Rikka. (Ah Toka Nee san.. aku rindu kamu)

Referensi pihak ketiga
Begitu pula dengan Mei Misaki. Tinggi tubuhnya yang 1,52 meter membuat dia jadi siswi paling pendek di kelasnya (Ini juga dari wiki). Rambutnya hitam pekat dengan model bob  yang serasi dengan kontur wajahnya yang berdagu lancip. Mata kanannya berkelir cokelat kemerahan, tapi pupil mata kirinya punya warna hijau.
Perbedaan dalam Memandang Orang Lain

Referensi pihak ketiga
Mei adalah siswi pendiam dan juga antisosial. Prinsip pandangan Mei terhadap hubungan antar individual sangat apatis. Dia merasa bahwa sebanyak apa pun pertalian yang terjalin itu tidaklah penting. Soalnya, pada dasarnya manusia hidup sendiri.
Sifat ini sebetulnya udah berkembang semenjak dia perlahan memahami konflik internal keluarganya. Sikap dinginnya semakin menjadi tatkala dia mengorbankan diri untuk menjadi siswa yang “dikutuk” di kelas 3-3. Sejak saat itu, kehadirannya dianggap tiada walau wujudnya nyata ada dalam kelas.
Untungnya, siswa pindahan bernama Kouichi Sakakibara singgah di kehidupannya yang muram. Meski awalnya diminta menjauh, Kouichi enggak patah arang untuk tetap mendekatkan diri dan menjadi sahabat baik untuk Mei. Dia belajar memahami gadis ini dan terus berupaya memberi solusi.
Jika diamati sekilas, Mei memang tampak seperti seorang gadis misterius yang menyimpan segudang isu-isu pelik kehidupan. Namun, dengan pendekatan yang tepat, Mei juga bisa berubah menjadi ceria. Dia tetap bisa jadi teman ngobrol yang asyik dan enak diajak bercanda. Sesekali dalam beberapa kesempatan, dia enggak segan menampakkan sifat aslinya yang penakut dan kekanakan.
Walau kesannya cuek, Mei aslinya peduli banget sama kawan-kawannya. Hal ini udah dibuktikan ketika dia maju untuk mengorbankan diri jadi tumbal kutukan. Mengapa dia melakukannya? Itu karena dia enggak mau orang lain jadi korban dan merasa enggak kuasa jika melihat mereka tewas di hadapannya.

Referensi pihak ketiga
Berbeda dari Mei Misaki, Rikka Takanashi memiliki kehidupan yang sebetulnya jauh dari hiruk-pikuk hal-hal yang mencekam. Sialnya, dia mengidap suatu sindrom bernama chuunibyou yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti “sindrom siswa SMP kelas 8”.
Sindrom yang aneh tapi nyata ini terbagi dalam tiga jenis: antisosial/DQN, tipe subkultur, dan Mistic-Eye atau mata mistis. Rikka secara spesifik mengidap sindrom yang tergolong ke dalam jenis ketiga. Enggak main-main, skala kronisnya telah mencapai stadium IV. Singkatnya, pengidap sindrom chuunibyou jenis Evil-Eye senantiasa merasa bahwa dirinya punya semacam kekuatan supernatural tersembunyi yang membuatnya jadi lebih spesial dibandingkan dengan orang lain.

Referensi pihak ketiga
Pertemuannya dengan Yuuta Togashi, cowok yang pernah mengalami sindrom sejenis, sama sekali enggak mengubah situasi. Bukannya jadi waras, eh, kelakuan absurd Rikka malah bablas. Malah sebaliknya, Yuuta si “Dark Flame Master” ikut terseret dan laku konyolnya di masa lalu sering kali balik kambuh. Sesekali, Rikka lantang merapal, “Divine exseed freya magna!” hanya untuk menyempurnakan jurus imajinatifnya dan membuat dongkol Yuuta.
Dalam konstruksi kehidupan sosial, orang semacam Rikka biasanya cepat jenuh dan mudah terasing ketika berbaur dengan manusia-manusia normal yang lain. Beruntungnya, Rikka enggak berlama-lama merasa kesepian sejak Yuuta hadir dan mengubah segalanya. Hari-harinya pun makin meriah dan penuh warna berkat kemunculan Shinka Nibutani dan Sanae Dekomori yang enggak kalah gila dengan dirinya.
Sebenarnya, ada kisah pedih di balik lamanya durasi dari sindrom sinting yang diidap oleh Rikka. Semuanya bermula sejak ayahnya meninggal. Lantaran masih belum dapat menerima, semenjak saat itu dia terus berimajinasi bahwa ayahnya belum benar-benar tiada dan sedang berada di suatu tempat yang dia sebut “cakrawala” atau apapun itu.
Kenyataan di Balik Penutup Mata

Referensi pihak ketiga
Mengenai mata kirinya, Mei kehilangan organ tersebut akibat suatu penyakit saat dia masih balita. Itu adalah mata prostetis yang diambil dari sebuah boneka bernuansa mencekam buatan ibunya. Bukan hanya sekadar kosmetik, mata ini sebenarnya menyimpan kekuatan mistis yang dapat melihat hal-hal yang enggak seharusnya dilihat oleh manusia.
Perihal perbedaan warna pada irisnya, itu, sih, buat lucu-lucuan saja. Soalnya, ibu tiri Mei merasa bahwa warnanya sama dengan mata aslinya, tuh, jadi ngebosenin. Padahal, Mei enggak suka. Jadi, dia tutupin aja setiap pergi ke mana-mana.

Referensi pihak ketiga
Dalam kasus Rikka, sindrom chuunibyou ini telah menggerogoti kewarasannya. Secara enggak sadar, dalam kepalanya telah terbentuk kerangka pikiran bahwa dirinya adalah penyihir yang telah dirasuki oleh entitas berjuluk “Mata Iblis” dan dirinya ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia.
Jika mata Mei Misaki yang tertutupi menyimpan kekuatan mistis, lain halnya dengan gadis tulalit yang satu ini. Rikka mengenakan perban menutup mata semata hanya untuk meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa dia punya kekuatan magis.


Comments